Kamis, 09 Mei 2013

ANAK MUDA INDONESIA SEMAKIN TERBELAKANG Salah Siapa?



Negara kita Indonesia mempunyai potensi yang besar dan sumber daya yang melimpah. mulai dari daratan hingga lautan. Untuk membuat Indonesia menjadi negara yang maju bukan lah hal yang mustahil, selagi kita memiliki sumber daya manusia yang bisa mengelola potensi negeri kita dengan baik dan benar. sumber daya manusia yang ada di negeri kita ini cukuplah banyak. Namun sayang, masih banyak dari mereka yang belum terlatih untuk ikut berkompetisi memajukan Indonesia. Bukan karena mereka tidak bisa di andalkan, melainkan mereka belum ada kesempatan. mereka memiliki tekad dan potensi yang cukup besar untuk memberikan perubahan pada negeri kita ini. sungguh sangat disayangkan, andaikan Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, potensi sumber daya manusia tidak akan terbuang percuma.
                


Kita semua menyadari, kualitas pendidikan indonesia sekarang sangatlah jauh berbeda dengan apa yang diharapkan. Potongan kata dari Pembukaan UUD 1945 alinea ke Empat bertuliskan “... mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ...”. dari kutipan tersebut, sangatlah miris kenyataan yang sekarang negeri kita sedang hadapi. Kualitas pendidikan di negeri kita sekarang amatlah keritis. Untuk mengatasi kondisi keritis ini, dibutuhkan Seorang guru, atau tenaga pengajar yang berperan penting dalam pembentukan mental para remaja. Guru bertugas untuk mengajar serta mendidik anak murid nya. namun beberapa guru hanya duduk di depan kelas memberikan tugas, bersantai – santai, lalu memberikan nilai. Hal sepele seperti inilah yang bisa berdampak pada perkembangan mental murid itu sendiri.  Seorang pakar psikologi, John W Santrock mengatakan “psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang menghususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan”. Cara mengajar guru berbeda – beda, ada yang mengharuskan muridnya mengerti, adapula yang acuh dengan muridnya. Perlu diketahui, masa muda adalah masa dimana seseorang masih suka bersenang – senang. Murid akan lebih mudah memahami pelajaran, jika mereka merasa senang dan menikmati apa yang guru sampaikan. Guru Killer bukanlah solusi yang tepat bagi perkembangan mental murid, karena dalam kondisi diam dan merasa tegang, emosi seseorang akan lebih mudah meningkat. Jika terus menerus murid dalam kondisi seperti ini, mereka semua akan merasa stres dan cenderung mencari pelampiasan. Tidak heran jika sekarang tawuran antar pelajar sering terjadi hampir diseluruh penjuru kota di Indonesia, siapa yang harus disalahkan?.
                 









Masyarakat sudah tidak lagi heran ketika mendengar kata tawuran. Ya, tawuran sudah menjadi ciri khas para pelajar yang ingin melampiaskan emosi atas dendam yang dibuat turun – menurun. Tradisi buruk ini merupakan salah satu dari sekian banyak kenakalan remaja. Banyak sekali akibat negatif daripada tawuran, baik untuk pelaku aksi ini dan juga keluarga mereka. Tidak hanya itu, masyarakat pun merasa dirugikan atas aksi tawuran yang sering terjadi, seperti rusaknya fasilitas umum dan juga masyarakat yang turut menjadi korban. Di beberapa kota besar tawuran sering terjadi, data dari BIMMAS POLRI METRO JAYA “tahun 1992 tercatat 157 kasus tawauran pelajar, tahun 1994 menungkat menjadi 183 kasus yang menewaaskan 10 pelajar, tahun 1995 ada sebanyak 194 kasus, 13 pelajar dan 2 masyarakat tewas, terlebih lagi tahun 1998 tercatat 230 kasus tawuran pelajar yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota POLRI”. Miris memang, dari tahun ke tahun angka tawuran antar pelajar meningkat. Pendidikan yang salah merupakan salah satu faktor penyebab tawuran. Apa tindakan yang bisa kita lakukan? Jawabannya tidak ada. Para guru pun sudah kewalahan menasihati para murid, dan para oknum penegak hukum pun takluk pada peraturan yang mereka buat sendiri.
                

Di zaman sekarang guru tidak berkuasa untuk menghukum murid dengan hukuman fisik.  Takut, memang guru sekarang takut terhadap peraturan yang dibuat oleh orang yang tidak berfikir secara menyeluruh, dengan kata lain wawasan mereka dangkal. Entah siapa yang membuat peraturan tentang HAM. Peraturan HAM cacat ini lah yang telah membiarkan penjahat di indonesia menjadi semakin tidak takut terhadap hukum. Gayus Tambunan, Roy Suryo, dan pejabat – pejabat Bajingan lainnya. Andai saja Gayus Tambunan diberi hukuman potong tangan, mungkin dia akan jera. Tetapi hukuman potong tangan ini ditolak mentah – mentah oleh HAM. Bukan salah peraturan HAM, semua ini salah orang bodoh yang membuat peraturan HAM. Andai saja peraturan HAM hanya berlaku untuk orang – orang yang tidak bersalah, mungkin penjahat – penjahat indonesia akan takut terhadap hukum. Tapi apa kenyataannya? Pejabat korupsi, menonton film porno saat sidang, melecehkan wanita dan sebagainya, hukumannya hanya dicopot jabatannya. Mereka kebal akan penjara. Dipenjarapun mereka tetap merasa seperti dirumah. Penjara yang mewah, ada televisi dan springbed. Konyol, apakah belum cukup kekonyolan yang dilakukan oleh oknum Bajingn ini?. Kalau anda bertanya apa yang menyebabkan mereka korupsi, jawabannya karena pendidikan mereka yang masih dibawah standar. Kembali lagi pada guru, guru bisa dikatakan berhasil jika muridnya bisa membedakan yang baik dan benar, bisa membuka wawasan muridnya, menumbuhkan pemikiran yang logis, dan membangun pertahanan mental mereka. Dan guru dikatakan gagal apabila selama dia mengajar dan membimbing, hanya menghasilkan output yang hanya dapat merusak moral bangsa.
                













Tawuran, korupsi, dan tindak kriminal lainnya bukanlah sepenuhnya salah guru atau salah orang tua mereka. Guru dan orang tua telah berusaha sekuat tenaga untuk membangun potensi penerus bangsa yang dapaat dibanggakan. Anak yang berbuat kesalahan tidak seharusnya kita biarkan, memperingatinya akan berdampak lebih baik untuk masa depan mereka. Kriminalitas bukanlah niat awal mereka, tetapi karena adanya kesempatan dan pengaruh lingkungan yang tidak sehat. Pondok pesantren, atau asrama, bukanlah solusi yang tepat untuk lingkungan yang sehat. Karakteristik anak di indonesia ini berbeda – beda, ada yaang tidak suka keramaian, ada yang suka kebebasan, ada yang suka kerapihan. Semua orang tua harus mengetahui karakteristik anaknya jika mereka ingin anaknya bisa dibanggakan oleh bangsa. Jangan sampai para orang tua salah mendidik anaknya. Anak yang cenderung suka kebebasan bermain dan berekspresi tidak seharusnya dimasukkan kedalam pesantren, karena anak akan merasa terkekang dan selebihnya nanti saat dia keluar dari pesantren. Jati dirinya akan kembali, hasrat dia akan kembali untuk bebas. Semakin dia bebas, semakin tidak terkendali emosinya, dia akan mudah terpengaruh oleh lingkungan.
                

Kami sebagai bangsa indonesia sungguh prihatin dengan keadaan anak muda jaman sekarang. Kami, para PELURUS bangsa yang akan berjanji membimbing kawan kawan dan adik adik kami kejalan yang benar.  Tentu saja dengan bantuan kalian semua. Dukung kami!.

cp : 08976162308

6 komentar

Ini pasti Kerjaan si BEYE.

Klo ane juga turut prihatin gan, tapi semua koncinya ada di dirikita masing-masing gan-_- semoga keturunan kita nanti akan lebih baik -_-

Ini kesalahan aparat-aparat negara yang selalu KORUPSI

Komentar bebas, boleh mengandung SARA, kata KASAR, FRONTAL dan sebagainya, karena ini blog bebas berekspresi
EmoticonEmoticon